Di jantung Indonesia Timur, tepatnya di Papua Selatan, terhampar kekayaan alam yang melimpah. Salah satu permata hutan tropis yang kian populer adalah Buah Matoa (Pometia pinnata). Dengan cita rasa unik yang memadukan aroma leci, lengkeng, dan sedikit durian, Matoa memiliki potensi ekonomi yang luar biasa. Sayangnya, budidaya Matoa masih didominasi oleh praktik tradisional, menyebabkan hasil panen yang tidak seragam dan kurang maksimal.
Menjawab tantangan ini, Politeknik Pertanian Yasanto (Poltani Yasanto) di Merauke, sebagai institusi pendidikan vokasi yang berfokus pada ilmu pertanian terapan, mengambil peran krusial. Melalui program studi unggulannya, seperti Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura, Poltani Yasanto mendorong para mahasiswanya untuk melakukan penelitian terapan yang inovatif, dengan tujuan utama: merumuskan formula optimalisasi hasil panen Matoa hingga mencapai potensi maksimalnya.
Artikel ini akan mengupas tuntas metodologi dan temuan kunci dari penelitian mahasiswa Poltani Yasanto, yang berupaya mengubah Matoa dari tanaman liar menjadi komoditas unggulan agribisnis.
I. Mengapa Optimalisasi Matoa Menjadi Fokus Poltani Yasanto?
Politeknik Pertanian Yasanto memegang teguh filosofi pendidikan terapan, yang berarti setiap riset harus memiliki dampak langsung pada peningkatan kesejahteraan petani dan pembangunan daerah. Matoa, sebagai tanaman endemik Papua, merupakan objek penelitian yang ideal karena:
- Nilai Ekonomi Tinggi: Permintaan pasar nasional dan internasional terhadap Matoa terus meningkat. Optimalisasi panen akan langsung meningkatkan pendapatan petani lokal.
- Transisi dari Forestry ke Horticulture: Membawa Matoa dari sekadar tanaman hutan menjadi tanaman hortikultura yang dikelola secara profesional membutuhkan teknik budidaya spesifik.
- Keterbatasan Pengetahuan Lokal: Sebagian besar petani Matoa masih belum memiliki panduan budidaya yang baku dan ilmiah, terutama terkait waktu panen ideal, pemupukan, dan pemangkasan.
II. Pilar Penelitian Vokasi: Menentukan Waktu dan Teknik Panen Kritis
Penelitian terapan di Poltani Yasanto menitikberatkan pada dua faktor utama yang sangat menentukan kuantitas dan kualitas hasil panen Matoa: Fenofisiologi (Perkembangan Buah) dan Teknik Budidaya Intensif.
A. Fenofisiologi: Menemukan Titik Kematangan Emas (Golden Harvesting Period)
Kunci untuk memaksimalkan hasil panen dan kualitas adalah mengetahui kapan tepatnya buah Matoa mencapai puncak kematangan. Kematangan diukur dari berat segar buah dan kandungan gula (Total Soluble Solids/TSS) yang ideal.
- Riset Kunci: Mahasiswa melakukan pengamatan harian terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah Matoa sejak fase penyerbukan hingga panen (Hari Setelah Penyerbukan/HSP).
- Temuan Signifikan: Hasil penelitian terapan (serupa dengan studi di berbagai daerah) menunjukkan bahwa buah Matoa, baik varietas Matoa Merah maupun Kuning, mencapai berat segar maksimal dan kadar Padatan Total Terlarut (TSS) tertinggi pada rentang usia panen sekitar 56 Hari Setelah Penyerbukan (HSP).
- Implikasi Praktis: Panen sebelum 56 HSP menghasilkan buah yang kurang manis dan berbobot ringan, sementara panen terlalu lambat setelah 56 HSP justru bisa menyebabkan penurunan kadar gula dan kualitas tekstur. Pengetahuan ini menjadi panduan baku bagi petani Poltani Yasanto untuk meningkatkan nilai jual.
B. Teknik Budidaya Intensif: Kualitas Melalui Pemeliharaan
Hasil panen maksimal tidak mungkin tercapai tanpa manajemen lahan yang baik. Penelitian Poltani Yasanto berfokus pada praktik terapan yang berdampak besar pada produktivitas tanaman:
- Pemangkasan Produksi (Pruning): Matoa adalah pohon besar yang cenderung tumbuh tinggi, menyulitkan panen. Mahasiswa menguji teknik pemangkasan untuk mengendalikan tinggi pohon, merangsang pembentukan cabang buah yang lebih banyak, dan memastikan sirkulasi udara optimal. Hasilnya: pohon yang dipangkas secara teratur menunjukkan peningkatan rata-rata hasil buah per pohon.
- Manajemen Nutrisi (Pemupukan Spesifik): Matoa membutuhkan curah hujan tinggi, namun juga membutuhkan asupan nutrisi yang terukur. Penelitian membandingkan efek pupuk organik (kompos/pupuk kandang) dan pupuk anorganik (NPK) pada fase pembungaan dan pembuahan.
- Rekomenadasi Poltani Yasanto: Pemupukan yang seimbang, dikombinasikan dengan pupuk kandang yang diaplikasikan pada lubang tanam sejak awal, secara signifikan mempercepat masa panen dan meningkatkan rata-rata berat buah (seperti rata-rata $30 \text{ kg}$ per pohon dalam satu masa panen pada beberapa studi intensif).
- Pengendalian Hama Tepat Guna: Hama kelelawar dan serangga sering merusak hasil panen mendekati masa matang. Mahasiswa Poltani Yasanto merekomendasikan metode non-kimiawi dan terjangkau, seperti pembungkusan tandan buah atau pemasangan jaring, untuk melindungi buah tanpa menggunakan pestisida, menjamin hasil panen yang aman dan organik.
Baca Juga:
III. Mengubah Limbah Menjadi Berkah: Inovasi Pasca Panen
Poltani Yasanto menyadari bahwa optimalisasi hasil panen juga mencakup pemanfaatan seluruh bagian tanaman dan penanganan pasca panen untuk menekan kerugian (post-harvest losses).
- Inovasi Pangan Fungsional: Bagian kulit dan biji Matoa, yang sering terbuang, ternyata kaya akan senyawa bioaktif seperti polifenol dan flavonoid. Mahasiswa jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian mengembangkan prototipe produk, misalnya teh herbal dari daun Matoa atau ekstrak kulit Matoa, yang berpotensi sebagai antioksidan kuat. Inisiatif ini tidak hanya mengurangi limbah pertanian tetapi juga menciptakan produk bernilai tambah.
- Sistem Penyimpanan Terapan: Mengingat Matoa cepat rusak, penelitian juga fokus pada teknik penyimpanan dingin dan pengemasan yang tepat untuk memperpanjang umur simpan buah, memungkinkan distribusi yang lebih luas ke luar Papua.
IV. Kontribusi Poltani Yasanto untuk Agribisnis Papua
Melalui pendekatan pendidikan vokasi yang berbasis praktik lapangan, penelitian Matoa oleh Politeknik Pertanian Yasanto memberikan kontribusi nyata:
- Penciptaan Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya: Hasil penelitian telah menjadi panduan praktis (SOP) bagi petani mitra di Merauke, memastikan konsistensi kualitas dan kuantitas panen.
- Transfer Teknologi Tepat Guna: Mahasiswa secara aktif terlibat dalam program pengabdian kepada masyarakat, mengajarkan teknik pemangkasan dan penentuan waktu panen emas langsung kepada kelompok tani, menjembatani kesenjangan antara teori akademik dan praktik di lapangan.
- Pengembangan Bibit Unggul: Penelitian juga mencakup teknik perbanyakan vegetatif (cangkok) dari pohon induk yang terbukti unggul, memastikan generasi Matoa berikutnya memiliki potensi hasil panen yang lebih maksimal.
Baca Juga: Keunggulan Memilih Pendidikan Politeknik Pertanian Jenjang Karir Masa Depan
Kesimpulan: Dari Riset Vokasi Menuju Kedaulatan Pangan Lokal
Penelitian mahasiswa Politeknik Pertanian Yasanto tentang Buah Matoa adalah contoh nyata bagaimana ilmu pertanian terapan dapat menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi daerah. Dengan fokus pada penemuan waktu panen yang paling optimal (sekitar 56 HSP) dan penerapan teknik budidaya intensif (pemangkasan dan pemupukan), Poltani Yasanto berhasil merumuskan formula kunci untuk mencapai Hasil Panen Matoa Maksimal.
Matoa kini tidak hanya menjadi kebanggaan Papua, tetapi juga komoditas agribisnis yang menjanjikan. Inovasi yang digagas oleh para mahasiswa Poltani Yasanto telah meletakkan dasar bagi petani untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah, berkualitas, dan bernilai jual tinggi, sekaligus memperkuat kedaulatan pangan lokal melalui pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan.
